Suatu hari dalam ta'lim rutin pekanan gue sesi qodhoya, Ummi (begitu kami biasa memanggil murobbiyah) menceritakan sesuatu yang membuat kami terperangah. Hal ini berhubungan dengan jadwal halaqoh kami yang emang udah susah untuk diganggu gugat yaitu sabtu pagi yang disesuaikan dengan jadwal para wanita karir (please deh...). Sedangkan sabtu siang mpe maghrib adalah jadwal ummi pribadi. Kalo ahad ummi tidak mau mempergunakannya untuk hal lain (waktu untuk keluarga atau jaulah).
Nah, kasus mulai terjadi ketika ummi mengisi majelis ta'lim ibu-ibu di sebuah mesjid. Yaa....istri para bos gitu deh dan beberapa pegawai bank. Ternyata mereka tergerak untuk mengikuti halaqoh pekanan yang rutin tapi hanya mau diisi oleh ummi (mpe bela-belain datang ke rumah ummi). Maklum, soalnya tipe begituan emang suka memilih-milih guru yang sreg buat mereka dan sudah memastikan tidak ingin orang lain selain ummi.
Jadwal yang mereka tawarkan ternyata juga sabtu pagi dan jelas2 menolak hari minggu. Karena diantara mereka ada yang wanita karir juga. Okelah kalo waktu senin mpe jumat, nah ini minta sabtu pagi juga. Hhhh.....ya jelas ummi jadi sedikit kebingungan.
Bingung...karena harus memilih siapa yang akan dikorbankan.
Apakah kelompok kami atau kelompok ibu-ibu penggede itu.
Ada saran dari pihak kaderisasi agar kami-lah yang dipindah ke murobbiyah yang lain (otomatis membuat kami komplen berat kemaren) karena kondisinya kami sudah mengerti, jadi ga bakal pilih-pilih. Lagipula itu kan ibu-ibu penggede, dari segi dukungan dakwah bahkan untuk pemenangan 2009, akan sangat membantu (apalagi kalo suami-suami mereka ikutan juga) Hmmm....
Ummi tercenung,....
Ummi langsung teringat surat Abasa dimana Rasulullah mendapat teguran langsung dari Allah karena memalingkan muka dari seorang muslim yang sudah buta miskin pula, yang bertanya mengenai agama, demi para petinggi quraisy yang saat itu juga menuntut perhatian dari Rasulullah.Rasulullah dulu mengharapkan dukungan luar biasa apabila para petinggi quraisy tersebut bisa masuk Islam sehingga beliau mengabaikan pertanyaan dari muslim yang buta tersebut.
Apakah jika dengan memindahkan kami, para kader yang sudah terkondisikan sejak lama hanya demi simpatisan yang bahkan sama sekali belum terkondisikan (seperti ide dari pihak atas) demi dukungan khususnya pemenangan 2009? Tidak ada yang bisa menjamin bagaimana keterlibatan mereka dalam keberlanjutan dakwah di bumi serumpun sebalai ini.
Kondisinya ummi memang berat jika harus melepaskan kami, para kader hanya demi simpatisan. Tapi jika "pihak atas" sudah memutuskan begitu, yaaa ummi bisa apa? dan kami sebagai jundi konsekuensinya adalah ta'at.
Tapi... pesan ummi buat kami adalah....banyak-banyak berdoa ukhtina...Allah pasti berikan yang terbaik buat kita.
Nah, bagaimana dengan anda? Jika anda dihadapkan dengan kondisi seperti Ummi apa yang akan anda pilih? Kader atau simpatisan??
Wallahu'alam bisshowab (calie on multiply.com)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
nice article...
BalasHapusjadi dilema ya...!
BalasHapusgini aja, ajak aja binaannya ke pengajian ibu-ibu penggede biar rame
BalasHapusnice share. nice post. semoga bermanfaat bagi
BalasHapuskita semua :)keep update!
mobil keren
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga
BalasHapuskesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!mobil baru
BalasHapusJangan berhenti untuk terus berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Honda CBR 2014