REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Seorang mantan pejabat AS mengatakan, keputusan India untuk terus mengimpor minyak mentah Iran meskipun ada sanksi Barat pada Republik Islam itu merpakan 'tamparan' untuk Amerika Serikat.
"Pernyataan Pemerintah India pekan lalu bahwa ia akan terus membeli minyak dari Iran adalah sebuah kemunduran besar bagi upaya AS untuk mengisolasi pemerintah Iran atas isu nuklir," Nicholas Burns, mantan Wakil Menlu AS untuk Urusan Politik, menulis dalam sebuah op-ed, dikutip press tv, Senin (20/2).
"Keputusan India untuk tetap imporminyk Iran, bukan hanya sebuah tamparan di wajah bagi AS, namun itu menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan AS untuk memimpin," tambah Burns.
The Economic Times melaporkan pekan lalu bahwa, selama kunjungan terakhirnya ke AS, Menlu India Ranjan Mathai menegaskan kembali keputusan New Delhi untuk melanjutkan impor minyak Iran, juga menekankan hubungan baik antara kedua negara.
Laporan itu menambahkan bahwa, penentuan India untuk terus membeli minyak Iran, meskipun minyak Barat dan sanksi keuangan telah sangat memprihatinkan, menunjukkan hubungan AS-India telah melambat.
"Ini pahit berita mengecewakan bagi kita, yang telah diperjuangkan hubungan dekat dengan India. Dan, itu merupakan kemunduran nyata dalam upaya oleh tiga presiden terakhir Amerika untuk membangun kemitraan yang erat dan strategis dengan pemerintah India berturut-turut," kata Burns .
India membeli sekitar Rp 12 miliar minyak mentah Iran setiap tahun, sekitar 12 persen dari konsumsi. Pada bulan Januari, ekspor minyak mentah Iran ke India naik menjadi 550.000 barel per hari, naik 37,5 persen dari Desember 2011.
0 komentar:
Posting Komentar