Jam masih menunjukan pukul 06.00 pagi tapi semangat ini rasanya sudah membuncah, maklum ini adalah pertemuan pertama yang bisa ana ikuti pasca “perang besar” ini usai. Bismillahirahmanirrahim bersama istri yang sudah siap perjalanan pun dimulai ke bumi perkemahan Mayang Mangurai untuk kegiatan Rihlah sekaligus temu kader sekecamatan tanjung redeb dan sekitarnya, dalam hati terbesik suatu harapan semoga aktifitas hari ini mendapat berkah dan ridho dari Allah Swt. Mengutip tulisan Syaikh Munir Al Ghadban dalam Manhaj Harakinya menyimpulkan kegagalan dari beberapa haraqah dakwah adalah begitu mudahnya para Jundiyah mencurigai Qiyadahnya sehingga tidak tsiqah bahkan bebalik menjadi penentang Ana tidak berharap cerita Ust.Heryawan yang Gagal menjadi ketua DPR 2004 padahal diatas kertas beliau bisa, tapi telah Allah siapkan untuk memimpin Jawa Barat itu berulang pada kita, tentu tidak tapi sekali lagi tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. si kera jatuh bukan pada saat angin bertiup kencang tapi ketika angin bertiup sepoi sepoi.Walahu A’lam bishowab
Rasa pegel sampai hari inipun masih agak terasa tapi tausyiah yang disampaikan oleh Ust.Muharram pagi itu masih sangat membekas bahkan terngiang-ngiang dihati ada beberapa point yang disampaikan oleh ustadz yang terkesan bagi ana hanya sekedar ingin menyenangkan hati semua kader yang hadir pada pagi hari itu, biar bagaimanapun ujung tombak perjuangan dakwah ini juga ada ditangan mereka, bahkan untuk dapil Tanjung Redeb para kader telah membuktikan kerja keras mereka dengan menjadi pemenang disana, bukan sesuatu yang keliru bahkan mungkin dianjurkan sebenarnya tapi alangkah baiknya kalau ada kelanjutan dari tausyiah pagi itu menuju suatu tindakan yang lebih konkrit lagi.
Walaupun pagi itu pembicaraan lebih hangat mengenai pilpres,ini terlihat dari pernyataan beberapa ikhwan yang mungkin bisa dibilang belum bisa menerima sosok budiono dengan berbagai pertimbangannnya rasanya itu hal yang mudah untuk dipahami, karena itu adalalah perasaan hampir seluruh kader PKS yang ada, tapi alangkah meruginya kita kalau permasalahan ini kita bahas terus menerus sehingga menghabiskan waktu tenaga dan pikiran kita. Sudah tidak ada lagikah yang lebih urgent yang perlu kita tata dan refres kembali, toh biar bagaimanapun keputusan telah diambil kata mufakat sudah dicapai apapun
alasan dan argument yang akan kita sampaikan sudah tidak bisa mengubah keputusan yang ada. Walau bagaimanapun keputusan qiyadah lebih bisa diminimize resiko kesalahanya dengan syarat tsiqah pada jamaah.
Ana jadi teringat kelakar seorang ikhwan yang mengatakan sudalah antumtidak usah terlalu banyak nonton televisi, terlepas dari maksudnya karena emang berau lagi sering mati lampu atau karena bosan akan penggiringan opini yang sering dibuat oleh media selama ini terlebih jika itu berhubungan dengan Partai Kita Semua ini. Dan itu tidak bisa kita hindari tapi sekali lagi jangan karena hal itu membuat kita tidak percaya pada Qiyadah.
Back to Tausyiah; di balik isu pilpres yang menghangat ada satu point yang disampaikan oleh Ust.Muharram yang menurut ana mesti kita bahas habis-habisan bahkan tidak cukup dari pertemuan singkat pagi itu. Seperti yang ustadz sampaikan kenapa kita kalah di biduk biduk dan Talisayan karena kita tidak punya kader disana kenapa suara kita rendah di Sambaliung karena kader kita disana itu sedikit. Sekarang pertanyaannya ana balik kenapa dibiduk biduk dan talisayang kita tidak punya kader kenapa di Sambaliung kader kita sedikit, Kalau asumsi kita ke kader sebagai alasan sebuah kemenangan satu pertanyaan yang masih mengganjal adalah kemana semua kader yang telah memenangkan kita ditahun 2004 lalu, Toh persiapan menuju 2009 ini ada 5 tahun.
Rasanya kita akan sepakat kalau konsen kita sebenarnya arahnya harus kesana, mungkin ini akan terbesit dalam hati kita semua kalau inilah perjuangan yang sesungguhnya besar dan melelahkan tapi sekali lagi ternyata bukan, karena perjuangan yang sebenarnya adalah bagaimana agar saudara saudara kita itu bisa ber Islam dengan benar bukan memilih PKS dengan benar, itulah kata kata Murobbi ana yang masih terus teringat sehingga 3 tahun lamanya ana di jamah ini baru mengenal Partai Kita Semua ini. Tentu prasangka baik kepada Allah itu harus tetap dijaga, atas apa yang kita alami kemarin sekaligus sebagai ajang untuk memuhasabah perjalanan dakwah ini.
Ini bukan untuk menjust negative kerja keras para kader dan qiyadah selama ini tapi sekedar merefresh kembali perjalanan dakwah kita selama ini, semoga apa yang dikhawatirkan “ Sang Murobbi “ tidak terjadi pada diri kita.
Tanjung Redeb, 08 Juni 2009
Dotherman28@gmail.com
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar