Akhirnya borok itu terkuak juga. Kebiadaban Israel ketika menggempur Gaza diungkap oleh serdadunya sendiri. Akankah para penjahat perang Negeri Zionis itu diseret ke Mahkamah Internasional? Bukan rahasia lagi jika Israel melakukan banyak tindakan biadab selama 22 hari menggempur Jalur Gaza beberapa waktu lalu. Pemerintah Israel selalu menolak tudingan telah melakukan kejahatan perang terhadap warga sipil Palestina. Namun, kini mereka tak bisa berkilah, karena bangkai yang mereka simpan itu dibongkar oleh serdadu sendiri. Rahasia kotor Israel ini terungkap saat berlangsungnya Kursus Pra-Militer Yitzhak Rabin di Oranim Academic College, Tivons, Israel bagian utara, pertengahan Februari lalu. Sesi yang melibatkan beberapa serdadu yang baru bertugas di Gaza itu berlangsung tertutup, namun transkripnya berhasil didapatkan oleh harian Israel, Haaretz, yang kemudian dikutip media-media internasional.
Para serdadu ini memberikan testimoni tentang aksi mereka dalam membantai penduduk sipil Palestina. Selama berlangsungnya perang, militer Israel selalu mengklaim tidak pernah menargetkan warga sipil. Namun kini, untuk pertama kalinya sejak perang berakhir, serdadu Israel membongkar bentuk-bentuk operasi militer yang mereka lakukan di Jalur Gaza. Haaretz mengutip pengakuan salah seorang tentara yang mengungkapkan kekejian pasukan Israel dalam membantai sebuah keluarga sipil Palestina. "Kami mengurung mereka di sebuah kamar dalam rumah selama beberapa hari. Setelah itu muncul perintah untuk membebaskan mereka. Beberapa penembak jitu telah siap di posisi masing-masing di luar rumah. Komandan regu memerintahkan mereka untuk pergi ke arah kanan, namun ibu dan dua anaknya itu malah beranjak ke kiri karena mereka tidak mengerti perintah komandan. Dan yang terjadi kemudian adalah... para penembak jitu langsung menembak mereka," tutur tentara yang namanya dirahasiakan itu.
Sang komandan regu berdalih bahwa mereka diizinkan untuk membersihkan rumah-warga Gaza dengan menembak orang-orang di dalamnya tanpa peringatan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan karena seluruh pasukan Israel mendapatkan doktrin bahwa mereka harus "menembak setiap orang yang ada di Kota Gaza, karena semuanya adalah teroris". Dalam testimoni lainnya, seorang tentara Israel mengungkapkan longgarnya aturan standar penyerangan dalam operasi bersandi cast lead ini. Ia mengaku diperintah menembak seorang nenek dari jarak seratus meter. "Semangat yang ditanamkan di benak para tentara saat itu adalah, nyawa rakyat Palestina tidak ada artinya bila dibandingkan dengan tentara Israel," katanya. Contoh kekejaman lain militer Israel diungkapkan oleh salah seorang pemimpin skuadron. Ia diperintahkan untuk memasuki sebuah bangunan menggunakan kendaraan lapis baja, mendobrak pintunya, dan mulai menembaki semua orang yang terlihat. "Awalnya, saya bertanya kepada diri sendiri, apakah hal ini masuk akal? Tapi, atasan saya mengatakan bahwa perintah itu diperbolehkan karena semua orang di Kota Gaza dianggap bersalah. Salah mereka sendiri mengapa tidak melarikan diri saat tahu ada serangan,'' ungkapnya.
Mikhael Manekin, anggota Breaking the Silence, sebuah organisasi veteran Israel yang mengumpulkan bukti-bukti kejahatan kemanusiaan dalam perang Gaza, menguatkan testimoni yang dimuat Haaretz tersebut. "Testimoni ini sangat mirip dengan apa yang kami dapatkan di lapangan. Tidak biasanya para prajurit mengungkapkan fakta-fakta yang dapat memberatkan diri mereka sendiri. Saya tidak menemukan alasan untuk meragukan cerita mereka," kata Manekin sebagaimana dikutip Aljazeera. Tak ayal, bocornya transkrip itu membuat Angkatan Bersenjata Israel (IDF) malu sekaligus berang. Maklum, selama ini IDF kerap berkilah dengan senantiasa berupaya menghindari jatuhnya korban sipil di Gaza. Kepala Divisi Hukum IDF Jenderal Avichai Mendelbit pun langsung menyatakan akan melakukan investigasi menyeluruh untuk menyelidiki kebenaran isi transkrip tersebut. Kepala Kursus Pra-Militer Yitzhak Rabin, Danny Zamir, mengaku terkejut dan prihatin dengan pengakuan para serdadunya. ''Saya khawatir bakal ada gangguan moral yang serius terhadap para tentara,'' katanya ketika melapor kepada Gabi Ashkenazi, Kepala Staf Militer Israel. Ashkenazi meminta rekaman transkrip diskusi tersebut yang langsung diberikan oleh Zamir.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel yang bakal turun tahta, Ehud Olmert, mengatakan akan memberikan perlindungan hukum terhadap para tentaranya yang berperang di Gaza. Olmert menunjuk Menteri Kehakiman, Daniel Friedman, untuk mengetuai komite antar kementerian yang akan mengoordinasikan upaya-upaya pembelaan hukum terhadap semua tentara yang terlibat dalam operasi menghabisi Hamas itu. Guna meredam gejolak akibat terbongkarnya aib serdadu andalannya, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, berjanji akan melakukan penyelidikan serius. "Saya katakan kepada kalian, dari kepala staf hingga prajurit terakhir, bahwa moral tentara yang paling utama adalah siap menerima perintah dari pemerintah Israel. Saya tidak akan ragu-ragu, setiap kejadian akan diperiksa secara perseorangan," ujarnya sebagaimana dikutip harian The Independent.
Namun organisasi-organisasi HAM di Israel, termasuk BTselem dan Asosiasi Hak-Hak Sipil, meminta dilakukannya investigasi independen terhadap kasus tersebut. Mereka menyayangkan kelambanan polisi militer yang kalah cepat dari Haaretz. LSM-LSM ini menganggap keterlambatan itu merupakan contoh kegagalan militer dalam mengusut kejahatan-kejahatan berat. Sebelumnya, utusan HAM PBB untuk Palestina, Richard Falk, pernah menyinggung masalah kejahatan perang Israel. ''Konvensi Jenewa telah mengatur secara tegas, bahwa pasukan perang harus bisa membedakan antara sasaran militer dan sipil. Kalau hal itu sulit dilakukan, sementara serangan tetap terjadi, maka itu jelas-jelas sebuah pelanggaran berat terhadap hukum internasional,'' kata Falk sebagaimana dikutip Reuters. Selama bertugas di Palestina, Falk memang mengumpulkan bukti-bukti dan saksi-saksi terkait dengan aksi barbar Israel di Gaza. ''Berdasarkan bukti permulaan yang didapatkan, ada alasan untuk sampai pada kesimpulan tersebut (kejahatan perang),'' kata Falk dalam laporan setebal 26 halaman yang diserahkan ke UNCHR.
Falk yang seorang Yahudi ini juga menyayangkan sikap Israel yang menutup semua perbatasan selama perang. Dan tindakan ini, kata Falk, akan diselidiki. Dengan ditutupnya seluruh perbatasan, warga sipil tidak bisa menyelamatkan diri dari bahaya. "Menghalangi hak warga untuk menyelamatkan diri dari zona perang, dapat dipandang sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan," tegasnya. Kejahatan perang yang dilakukan Israel juga termasuk menjadikan sekolah, masjid, dan ambulans sebagai sasaran tembak selama serangan biadabnya. Demikian pula dengan penggunaan bom fosfor putih yang mereka jatuhkan ke wilayah pemukiman padat penduduk. Penembakan roket oleh Hamas ke kawasan sipil di Israel, juga dimasukkan dalam kategori kejahatan perang, walau tak satu pun warga Israel yang tewas. Yang jelas, terungkapnya kebiadaban Israel oleh tentaranya sendiri, kian menjustifikasi aksi kejahatan perang yang dilakukannya di Jalur Gaza. Bisakah para penjahat perang Israel diseret ke Mahkamah Internasional, sebagaimana yang selama ini diberlakukan terhadap penjahat perang lainnya? Mungkin AS bisa menjawabnya.
sabili.co.id
0 komentar:
Posting Komentar